Tokoku

Belanja Online Klik Tokoku. Belanja Kopi Gayo, Konsultansi Bisnis dan Pelatihan; Klik ChatWAPudjoe.

Kamis, 14 Juli 2016

Kawasan Penyimpan Potensi Tiram Terbesar di Aceh

Kawasan Terumbu Tiram di Tibang, Aluenaga dan Deah Raya
Desa Alue Naga, Desa Tibang dan Desa Deah Raya merupakan desa-desa yang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Desa yang terbagi ke dalam beberapa dusun ini terletak tepat di muara Krueng Aceh yang membelah wilayah desa-desa tersebut.

Dari hasil survei yang dilakukan terhadap areal sungai dan tambak disimpulkan bahwa kondisi sungai dan tambak di desa tersebut terbagi ke dalam dua katagori yaitu cukup sesuai (33 ha) dan sesuai (126 ha) dari total 159 ha luasan lahan sungai dan tambak. Dari suatu studi kelayakan disimpulkan bahwa areal sungai dan tambak tersebut dapat direkomendasikan untuk budidaya tiram. Rekomendasi tersebut juga didasarkan pada hasil scoring yang dilakukan oleh tim survey kesesuaian lahan BBAP Ujung Batee, dimana untuk areal tersebut memperoloeh nilai scoring sebesar 389.7. Hal ini didasarkan pada data-data hasil survey yang diolah dengan menggunakan software Arc GIS 9.2® untuk mendapatkan gambaran kondisi lahan sungai dan tambak dari ketiga desa di wilayah Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh.

Perempuan Pencari Tiram

Di ketiga desa terdapat banyak pekerja perempuan yang terlibat dalam kegiatan mencari tiram. Dimana penanganan tiram pasca panen juga masih belum maksimal. Teknologi budidaya yang
mereka gunakan sangat sederhana. Mengandalkan benih dari alam. Tiram yang masih kurus dan kecil biasanya ditampung dan digemukkan dengan cara dibuat sekat-sekat dengan ukuran yang bervariasi tergantung banyaknya jumlah tiram yang akan digemukkan. Penggemukan tiram dilakukan pada bibir sungai atau dipinggir tambak. Setelah 15-30 hari kemudian kaum ibu-ibu kembali memanen tiram tersebut dengan harapan tiram yang ditampung telah mencapai bobot yang laku di pasaran.

Sebagaimana diketahui bahwa pada dasarnya keuntungan yang terbesar pada berbagai produk komiditas justru terletak pada jalur tata niaga serta pengolahan dan pemasaran produk olahan
(Departemen Perindustrian, 1992). Disamping itu juga harga jual produk olahan lebih stabil bila dibandingkan dengan harga jual bahan baku (Howell, 1977). Demikian juga dengan produk tiram (oyster) hasil buruan yang selama ini dijual mentah dapat ditingkatkan nilainya dengan mengolah menjadi aneka makanan olahan seperti kerupuk tiram.

Untuk itu diperlukan pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang pemasaran. UD. Matahari sebagai mitra kerja program ini telah berpengalaman lebih dari 3 tahun sebagai pembuat dan juga memasarkan berbagai produk makanan ringan terutama di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar. UD. Matahari juga dipimpin oleh seorang pendamping masyarakat dan konsultan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM). Ini diharapkan dapat memperkuat dan menjadi daya ungkit sentra kerupuk tiram.

Kelompok perempuan yang terlibat dalam program ini adalah para pencari tiram dan ibu rumahtangga yang memiliki keterbatasan akses pada pekerjaan dan penghidupan yang layak. 114 orang telah bergabung menjadi anggota kelompok. 83 orang sudah memiliki keahlian teknis mengolah tiram menjadi kerupuk tiram. Kapasitas produksi per orang 3 kg per hari maka dapat dihitung kapasitas produksi sentra kerupuk tiram yaitu 249 kg per hari atau 4.900 kg per bulan (20 hari). Hal ini tidak akan bisa berjalan jika tidak tersedia suntikan modal untuk membeli bahan baku pendukung yang diperlukan bagi pembuatan kerupuk.

Dipilih produk Kerupuk Tiram didasarkan pada sumberdaya alam sekitar yang mendukung tersedianya bahan baku yang berkelanjutan. Kerupuk juga merupakan produk yang sudah familiar dan dikonsumsi sehari-hari dan disukai banyak orang mulai dari anak-anak hinggaorang dewasa. Kerupuk tiram merupakan sebuah produk yang memiliki berbagai keunggulan.

Selain dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan memiliki nilai gizi yang baik yang bersumber dari kandungan bahan baku utama, ia juga dapat diajukan sebagai salah satu produk
unggulan desa yang berdaya jual tinggi.

Problem dan Antisipasi Industrialisasi

Namun ada beberapa permasalahan yang muncul. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan teknis budidaya tiram menjadikan masalah tersendiri bagi warga. Saat ini produk tiram (oyster) segar merupakan 100% hasil alam. Eksploitasi tiram yang dilakukan secara terus-menerus tanpa ada upaya pelindungan habitatnya menimbulkan masalah kekurangan baik benih maupun tiram konsumsi di habitat kawasan penghasil tiram. Hal ini juga berdampak pada lingkungan perairan. Tiram menyumbang kepada kualitas air yang lebih baik melalui proses penapisan makanannya. Selain itu, sebagai spesies tunjang (keystone species), tiram merupakan bagian dari simbiosis kehidupan laut yang luas.

Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan terkait pengolahan, manajemen usaha dan pemasaran produk menjadikan kelompok perempuan pencari tiram lebih memilih menjual daging Tiram mentah dengan resiko busuk dengan harga yang murah. Daging Tiram pun hanya dijual mentah atau dikonsumsi sendiri. Padahal banyak produk olahan yang dapat dibuat dari bahan baku daging Tiram seperti Kerupuk Tiram, Saus Tiram, Nugget dan sosis Tiram dll.

Kelembagaan yang masih lemah untuk mendukung usaha pengembangan agrobisnis komoditas unggulan Tiram. Kelompok-kelompok perempuan yang telah dibentuk masih sangat prematur karena masih sangat tergantung pada modal sementara kelembagaan yang turut dalam penyediaan modal dan pengembangan usaha Tiran belum ada.

Terbatasnya akses kepada pekerjaan yang layak untuk perempuan sehingga banyak waktu luang hanya dimanfaatkan untuk hal yang tidak begitu bermanfaat. Perempuan memiliki banyak waktu luang di sela-sela tugas sebagai ibu rumahtangga tapi sulit untuk mengakses pekerjaan yang layak baik di sektor informal maupun formal.

Ketangguhan Finansial masyarakat rendah menyebabkan daya kreatifitas juga rendah. Ditambah lagi dengan keterbatasan akses permodalan untuk memulai dan mengembangkan komoditas unggulan. Oleh karenanya, program ini diajukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sedemikian sehingga peluncuran produk kerupuk tiram tersebut nantinya tidak hanya menjadi produk unggulan desa namun juga dapat mendorong pelaku usaha mikro lainnya mengambil peran dalam menciptakan lapangan pekerjaan terkait di ketiga desa tersebut. [pujobasuki]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar